Lima Tahap yang Dilewati untuk Mampu Berdamai dan Menerima Luka
Lima Tahap yang Dilewati untuk Mampu Berdamai dan Menerima Luka
Assalamualaikum.
Hai~
Apa kabar? Sedang merasa tidak baik-baik saja? Hmmm... it's okay, tidak mengapa. Nikmati saja setiap prosesnya, tidak usah tergesa-gesa. Setiap orang pasti pernah mengalami masa-masa menyakitkan; masa-masa berduka dan tentu butuh proses panjang untuk bisa menerima dan berdamai dengan kenyataan. Pada umumnya ada beberapa tahapan yang dilalui setiap orang sampai akhirnya dia berada di fase menerima.
Yuk, kita bahas satu persatu tahapan tersebut. Lima tahap kedukaan menurut Kubler Ross.
1. Denial (menyangkal)
Pada tahap ini, seseorang cenderung menyangkal dan bahkan tidak percaya bahwa hal buruk telah terjadi dalam kehidupannya. Semua masih terasa seperti mimpi buruk dan berharap akan tetap baik-baik saja setelah bangun dari tidurnya. Saat ini, yang dibutuhkan hanyalah menumpahkan semua cerita dan keluh kesahnya. Dia belum siap untuk dinasihati maupun dimotivasi, yang diperlukan hanyalah cukup didengarkan dan berikan empati pada hal yang menimpanya.
2. Anger (amarah)
Pada tahapan kedua ini pun seseorang masih belum dapat berpikir jernih, dia masih belum siap untuk menerima masukan dan saran dalam bentuk apa pun. Sebagai manusia biasa yang memiliki emosi, dia butuh ruang untuk mengekspresikan emosinya. Jangan berikan cap dengan istilah kurang iman, terus dampingi dan dengarkan agar kemarahannya tidak destruktif (merusak).
3. Bargainning (menimbang)
Pada tahapan ini, perlahan dia sudah mulai bisa menimbang dan ingin mendapatkan kontrol kembali atas hidupnya. Dia mulai merenungi dan mempertanyakan apa yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi. Dia sudah mulai dapat diajak berdiskusi, walaupun masih pelan-pelan.
4. Depression (depresi)
Pada tahap depression ini seseorang sudah mulai menyadari bahwa kenyataan pahit itu memang benar telah terjadi dan menimpa dirinya. Ini merupakan tahapan yang menyakitkan, pada umumnya mereka yang berada di tahap ini merasa lonely, kesepian, terpuruk, putus asa, dan membayangkan hal-hal buruk yang akan terjadi. Masa ini sangat rawan, terus dampingi dan tawarkan bantuan profesional kepadanya jika dirasa perlu.
5. Acceptance (menerima)
Tahapan yang terakhir, yaitu tahap menerima. Menerima bahwa semua itu memang takdir yang harus dijalani. Menerima bahwa kejadian menyakitkan itu tidak harus dihindari, tetapi kuat dan sabar yang harus terus diluaskan. Penerimaan bukan berarti telah bahagia dan telah move on sepenuhnya. Namun, dia telah bisa menerima hal buruk memang harus terjadi dan memahami bahwa ada hikmah di balik semua kejadian yang menimpanya. Meskipun dia sudah berada di tahapan ini, penguatan dari orang sekitar masih sangat diperlukan.
Itulah tahapan panjang yang dilewati seseorang hingga bisa menerima dan berdamai dengan luka. Tidak mudah bukan? Dia yang kita lihat seperti seseorang yang kurang iman sebenarnya sedang berjuang keras untuk melanjutkan hidup dan merajut mimpi-mimpi indahnya kembali. Oleh karena itu, marilah kita belajar memahami dan berempati dengan kesedihan yang menimpa orang lain. Berusahalah untuk tidak pernah menjadi luka bagi orang lain.
Semoga bermanfaat 🙂
Sumber: newidapsikiater (IG)