Jika yang Menggenggam Tangan Anak Lelakimu Justru Bukan Ayahnya

Asssalamualaikum,

Hai -

Celotehnisa.com | Jika yang Menggenggam Tangan Anak Lelakimu Justru Bukan Ayahnya - Apa kabar? Semoga baik-baik saja, ya. Kali ini saya ingin berbagi cerita salah satu bagian yang menyesakkan ketika menjadi a single momFyi, ini adalah cerita real yang dialami oleh teman saya. Yup, teman, bukan saya loh, hehe.



Jika yang Menggenggam Tangan Anak Lelakimu Justru Bukan Ayahnya

...

Sayup-sayup dari kejauhan terdengar suara takbir bersahut-sahutan. Pagi-pagi sekali teman saya sudah tampak sibuk membangunkan, memandikan, dan memakaikan pakaian baru kepada kedua anaknya. Dengan wajah ceria, dia antusias menceritakan hal-hal yang akan mereka lakukan ketika shalat Ied di mesjid nanti. Kedua anaknya pun terlihat sangat bersemangat sambil sesekali melontarkan pertanyaan lucu kepada sang ibu.

Sebelum berangkat, teman saya ini memberikan pemahaman kepada anaknya yang laki-laki bahwa nanti ketika shalat di mesjid mereka akan berpisah dan dia akan dititipkan dengan Omnya (masih keluarga dengan ibunya). Dengan sedikit negosiasi, akhirnya si anak laki-lakinya pun mengiyakan perintah ibunya.

Sesampainya di mesjid, dititipkanlah anak lelakinya tersebut kepada keluarga dekatnya. Sambil memasang wajah yang ceria si ibu melambaikan tangan kepada anaknya. Bak gayung bersambut, anak lelakinya yang masih berumur empat tahun itu membalas lambaian tangan ibunya sambil tersenyum sumringah. (Tahukah kalian?  Bagian ini adalah bagian yang menyesakkan bagi teman saya ini)

Teman saya menceritakan bagian ini sambil menitikkan beberapa tetes air mata. Saya paham, sebenarnya ada banyak tetesan air mata yang ditahannya. 

Bagaimana tidak? Anak laki-lakinya yang masih sangat kecil, seharusnya tangan kecilnya itu digenggam dan dituntun oleh ayahnya untuk pergi shalat Ied ke masjid. Namun, justru ternyata tangan pertama yang menuntunnya bukan tangan ayah kandungnya.

Perih itu semakin bertambah rasanya ketika melihat sekeliling anak-anak lain menggenggam erat tangan ayahnya. 

"Kasihan sekali anakku," rintih teman saya dalam hati.

Namun, dia tetap harus kuat. Dia terus menyunggingkan senyum ceria dan lambaian tangannya sampai anaknya menghilang bersama kerumunan jamaah lain yang menuju pintu masuk masjid.

Ah, seandainya ayahnya sudah meninggal mungkin tidak akan semenyesakkan ini. Faktanya, ayahnya masih hidup tetapi anak kecil ini sudah berasa seperti anak yatim. 

Ayahnya sudah pergi meninggalkan mereka demi mengejar kebahagiaannya sendiri.

Kini, teman saya harus berjuang menjadi ibu sekaligus ayah bagi kedua anaknya. 

Sudah lama sekali rasanya tidak mereka dengar sepatah dua patah kata dari ayahnya, meski sekedar lewat telepon.

Dulu, waktu bersikeras ingin berpisah. Si Ayah berjanji tidak akan melupakan tanggung jawab kepada kedua anaknya. Namun, janji itu makin lama makin terkikis. Ironis memang!

....

Hhh .... Tidak banyak kata yang bisa saya sampaikan kepada teman saya ini selain kata-kata semangat dan doa yang terus mengiringi langkah mereka. I feel you. Tidak mudah memang. Semoga selalu kuat, meskipun tulang rusuk itu kini sudah berubah menjadi tulang punggung.

Dan ... untuk semua single mom di luar sana, terus semangat, ya. Kalian hebat. Kalian kuat. Percayalah, Allah yang akan langsung menggenggam tangan kalian.

Keep strong 😊

Baca Juga
Posting Komentar