Berpura-pura Bahagia
Assalamualaikum,
Hai,
Celotehnisa.com | Berpura-pura Bahagia - Beberapa hari terakhir ini, lagu “Berpura-pura Bahagia” dari Viktario seperti menampar perasaan yang selama ini hanya aku simpan diam-diam. Pertama kali dengar lagu itu, aku cuma diam. Lalu mengulang-ulang, hingga akhirnya... air mata itu jatuh. Bukan karena liriknya menyedihkan, tapi karena aku seperti sedang mendengarkan isi hatiku sendiri, yang selama ini tak pernah benar-benar bisa aku sampaikan.
Berpura-pura Bahagia
“Lihat aku di depan mereka, tertawa tanpa cela...”
Aku seperti itu. Aku bisa tertawa lebar, bisa ngobrol seru, bisa terlihat begitu mandiri dan tangguh. Namun, semua itu hanya bagian dari ‘peran’ yang harus aku mainkan. Karena apa? Karena kalau aku jujur bilang aku takut, aku lelah, aku sedih, belum tentu ada yang benar-benar mendengarkan. Belum tentu ada yang siap menampung air mata ini.
Perempuan sering kali ‘dipaksa’ untuk terlihat kuat. Kalau menangis, dianggap cengeng. Kalau jujur sedang kesepian, dianggap terlalu berharap. Jadilah kita terbiasa menyimpan semua sendiri. Membuat semua luka itu terlihat indah dengan balutan senyum yang manis.
“Kupasang topeng setiap hari, agar dunia tak menyadari...”
Dan aku pun begitu. Pagi-pagi aku siap berangkat kerja dengan rapi, mengendarai motor sendiri ke mana-mana. Nggak peduli hujan, jalanan gelap, atau rasa cemas yang kadang menusuk tiba-tiba. Aku tetap jalan. Aku tetap tersenyum di ruang guru. Tetap hadir di depan murid-muridku.
“Berpura-pura bahagia di depan dunia, menyembunyikan luka di balik cerita...”
Aku tahu aku bukan satu-satunya yang merasa seperti ini. Aku yakin, banyak perempuan lain yang juga memilih diam daripada menjelaskan. Yang memilih tertawa agar tidak dianggap menyedihkan. Kita sama-sama sedang berpura-pura bahagia… demi kelangsungan hidup, demi bisa terlihat baik-baik saja.
Tapi, jujur, berpura-pura itu melelahkan. Melelahkan sekali.
Ada saat-saat di mana aku hanya ingin duduk diam, tanpa harus tersenyum, tanpa harus menjelaskan, dan tanpa harus berpura-pura. Aku hanya ingin menjadi diriku yang sebenarnya; dengan segala rapuh, takut, dan lelah yang aku miliki. Tapi hidup tidak selalu memberi ruang untuk itu. Maka satu-satunya pilihan yang tersisa adalah bertahan.
Aku tidak tahu sampai kapan aku bisa berpura-pura. Tapi aku tahu, aku akan terus melangkah. Karena sekuat apapun luka, hidup harus tetap dijalani. Karena aku percaya, suatu hari nanti, aku bisa benar-benar bahagia; bukan karena harus, tapi karena memang sudah waktunya.
Untuk sekarang, kalau kamu bertemu seseorang yang terlihat selalu ceria, jangan langsung berpikir hidupnya sempurna. Mungkin, seperti aku… dia juga sedang berpura-pura bahagia.
😊